Rabu, 11 September 2013
Ada 6 Fakta Seputar Pilot Yang Jarang Diketahui Penumpang Pesawat, Benarkah?
Menjadi seorang pilot memang tidak mudah. Nyawa seluruh penumpangnya digantungkan kepada seorang pilot ketika berada di udara. Terkadang pilot juga memiliki rahasia-rahasia yang tidak boleh disampaikan kepada penumpangnya.
Entah dengan maksud apa, yang pasti seorang pilot tetaplah seorang manusia biasa.Berikut ini adalah fakta-fakta seorang pilot yang tak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Seperti apa rahasianya? yuk kita simak ulasannya.
1. Pilot stres jika kekurangan bahan bakar
Kehabisan bahan bakar ketika anda menaiki sebuah bus atau kendaraan di darat mungkin hal yang biasa. Kepanikan pun tidak akan berlangsung lama jika sang supir dengan cepat bisa menemukan pom bensin terdekat.
Namun apa jadinya jika hal itu terjadi pula kepada seorang pilot?. Mereka akan sangat stress ketika bahan bakar pesawatnya menipis, sementara perjalanan masih jauh. Hal ini bisa karena terjadi akibat cuaca buruk atau penundaan keberangkatan.
“Saya sering bekerja dalam tekanan saat terbang dengan bahan bakar yang lebih sedikit. Masalahnya, jika tiba-tiba ada delay dan badai, lalu bahan bakar di pesawat tinggal sedikit, mau tak mau kami mendarat di bandara alternatif,” kata seorang pilot dari maskapai besar.
2. Pilot pantangan memberi tahu hal buruk kepada penumpang
Dalam berbagai keadaan, sang pilot akan lebih berkonsentrasi bagaimana mengatasi masalahnya dari pada memberitahu kepada penumpang jika pesawatnya mengalami masalah. Hal ini dilakukan agar para penumpang tidak panik dan tidak memberikan rasa takut kepada para penumpang.
“Kami hanya memberi tahu hal-hal yang perlu penumpang tahu. Kami tidak akan mengatakan hal-hal yang akan menakuti para penumpang. Jadi, Anda takkan pernah mendengar saya berkata ‘Bapak dan ibu yang terhormat, pesawat baru saja mengalami gagal mesin’ walau pada kenyataannya benar adanya,” ujar Jim Tilmon, pensiunan pilot American Airlines.
3. Pilot berbohong soal lama perjalanan
“Saat pengumuman, kami biasanya menambahkan durasi dari yang seharusnya. Jadi misal durasi penerbangan adalah 1 jam 45 menit, kami akan mengatakan akan berlangsung selama 2 jam. Tujuannya, agar kami bisa tetap hadir dalam waktu yang tepat,” ujar seorang Kapten Pilot AirTran Airways.
4. Di landasan pendek, pendaratan tak mungkin mulus
“Pada beberapa landasan yang pendek, Anda takkan bisa mendapat pendaratan yang mulus tak peduli betapa jago pilotnya,” ungkap Joe D’Eon, pilot dari maskapai besar.
5. Dalam beberapa kasus, penerbangan delay karena pilot
Pilot juga manusia biasa. Mereka terkadang tidak mendapatkan fasilitas makan pagi atau siang dari kantor tempat mereka bekerja. Alhasil mereka terpaksa mencari makan sendiri. Tidak jarang penerbangan delay gara-gara hal sepele seperti itu.
“Kadang, maskapai tidak memberi kami makan pagi atau makan siang, atau bahkan waktu untuk makan. Jadi kami harus menunda penerbangan barang sejenak agar kami bisa makan,” ujar seorang pilot dari maskapai regional.
6. Jam kerja pilot mirip supir truk
“Kenyataannya, kami sangat kelelahan. Peraturan kerja kami memperbolehkan pilot bekerja selama 16 jam nonstop. Durasi demikian bahkan lebih panjang dibanding supir truk. Tidak seperti supir truk yang bisa berhenti di rest area untuk istirahat, kami tidak bisa berhenti di udara untuk melepas lelah,” ungkap kapten pilot dari maskapai besar.
Kapal Karam Terindah di Dunia,
Kapal Karam Terindah di Dunia,Bagi para penyelam, kapal karam adalah daya tarik tersendiri. Tapi tahukah Anda, ternyata kapal karam paling indah di dunia ternyata bukan di laut, melainkan di danau. Tenggelamnya pun hanya 20 kaki atau 6 meter saja.
Kapal karam biasanya dapat ditemukan di dasar lautan. Bagian-bagian bangkai kapal yang ditumbuhi terumbu karang, menjadi keunikan dan pemandangan yang menakjubkan di bawah air.dasar laut di dunia dipenuhi oleh sekitar 3 juta bangkai kapal. Dari sekian banyaknya, justru yang paling indah ada di Danau Ontario, Fathom Five National Marine Park di Ontario, Kanada. Kapal karam yang dikenal dengan nama Sweepstakes ini, tenggelamnya sedalam 20 kaki, atau sekitar 6 meter. Wow!Tak hanya itu, air Danau Ontario yang biru dan jernih menambah kecantikan pemandangan kapal karam ini. Memang, tidak ada terumbu karang yang menghiasi kapalnya, tapi Anda dapat melihat Kapal karamnya dengan jelas tanpa harus menyelam.
Kapal ini dibuat tahun 1867 di Burlington, Kanada dengan panjang mencapai 119 meter. Lalu pada tahun 1885, lambung kapal Sweepstakes rusak di dekat Pulau Cove, Danau Ontario. Saat itu, kapal ini sedang membawa batubara dan akhirnya ditarik dengan boat menuju pelabuhan di dekat Fathom Five National Marine Park, Danau Ontario.Tapi karena kerusakan yang terlalu parah, akhirnya kapal ini tenggelam di dekat pelabuhan tersebut. Karena di dekat pelabuhan, Sweepstakes hanya tenggelam pada kedalaman 20 kaki saja.
Rupanya, karamnya kapal ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi turis. Oleh sebab itu, kapal ini justru dibiarkan tenggelam dan dijaga. Sweepstakes juga disebut-sebut sebagai kapal karam paling indah pada abad ke-19. Keren!
Beberapa kawat dipasang di sekitar kapal. Hal ini untuk mencegah penyelam masuk ke dalam reruntuhan kapal, sekaligus menjaga kelestarian kapal tersebut. Dari tahun 1885, turis banyak yang berdatangan ke sini untuk melihat kapal karam tersebut.
Danau Ontario merupakan salah satu dari lima danau terbesar di Amerika. Danau ini tidak pernah beku selama musim dingin dan luasnya mencapai 58 ribu kilometer persegi.
Pemandangan Sweepstakes memang benar-benar dahsyat. Lihatlah bangkai kapalnya yang berada di bawah jernih dan birunya air danau. Tak hanya itu, air danaunya yang tenang juga membuat Anda mudah melihatnya. Inilah kapal karam paling in
Siswa Ini Belajar dengan Papan Tulis Touchscreen......
Dulu mungkin ketika masih SD ada sekolah yang masih menggunakan papan tulis dengan kapur tulis. Setelah itu lalu berkembang menjadi papan tulis dengan menggunakan spidol. Kini, papan tulis masa depan telah hadir, yaitu papan tulis touchscreen. Karena teknologinya, kelas yang memakai papan tulis touchscreen ini diberi nama “Kelas Star Trek”.Papan tulis yang berbentuk meja ini dibuat oleh para ahli dari Universitas Durham dan sudah diujicoba selama tiga tahun pada lebih dari 400 orang pelajar SD. Dan studi menyebutkan kalau metode menggunakan papan tulis ini bisa menambah kemampuan berhitung pelajar tersebut.Profesor Liz Burd dari Universitas Durham menyatakan bahwa menggunakan papan tulis ini mampu membuat siswa belajar lebih efektif. Dan keefektifan itu tidak muncul saat menggunakan metode lama, yaitu menggunakan buku tulis.Fitur multi touch papan tulis ini memungkinkan semua siswa untuk ikut belajar dalam satu meja papan tulis. Peran guru juga sangat penting di dalam kelas dan bisa memberikan tugas baik tugas perorangan atau tugas kelompok.
Emma Mercier, salah seorang peneliti yang juga dari Universitas Durham, mengatakan kalau siswa-siswa dalam “Kelas Star Trek” itu sangat antusias dalam proses belajarnya, terutama belajar matematika. Terkadang siswa-siswa tersebut terlihat kecewa saat papan tulisnya dimatikan. Dengan adanya teknologi ini, diharapkan para guru bisa terbantu dan bisa menetapkan metode belajar kelompok untuk bisa menambah kemampuan berhitung siswa-siswanya.
Sulit mendapatkan pekerjaan di spa karena ukuran badan yang besar. Wanita ini akhirnya buka layanan pijat sendiri, tapi dengan payudara, apa rasanya?
Sulit mendapatkan pekerjaan di spa karena ukuran badan yang besar. Wanita ini akhirnya buka layanan pijat sendiri, tapi dengan payudara, apa rasanya?
Obesitas, Wanita Ini Layani Pijat dengan Payudara
Bisnis ini membuat dirinya kebanjiran pelanggan.
Memiliki keahlian saja tak cukup untuk seseorang mendapat pekerjaan. Hanya karena memiliki tubuh yang besar, Kristy Love tidak dapat melamar menjadi pegawai di rumah spa kesehatan. Padahal, ia adalah seorang yang ahli untuk urusan pijat memijat.
Seolah tak kehabisan akal, Kristy pun langsung membuat spa sendiri. Uniknya, dalam menjalankan bisnis ini, ia menggunakan salah satu anatomi tubuhnya untuk memijat. Wanita berambut kribo itu menggunakan payudaranya untuk memijat, seperti yang ditulis Mirror.
Wanita asal Atlanta, Amerika ini, telah menghabiskan satu tahun untuk kursus memijat. Namun ketika lulus, ia sulit mendapatkan pekerjaan di spa. Tapi sekarang, dirinya berhasil menghasilkan lebih dari seribu dolar setiap harinya.
Awalnya, ia merasa tidak yakin dengan bisnis pijat yang akan dijalankannya. Ketika seorang pelanggan datang, apakah Kristy akan melakukan beragam pijatan, dan menginjak dirinya.
Kristy merasa marah, karena tubuhnya sangatlah besar. Dan mungkin akan membuat pelanggannya tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Di satu titik, akhirnya Kristy pun membuat keputusan untuk membuka pijat dengan payudara. Satu-satunya anatomi tubuh dari dirinya yang mungkin tidak akan menyakiti pelanggannya.
Saat dirinya memasang iklan pijat dengan payudara di koran lokal, wanita yang berstatus lajang ini, langsung kebanjiran klien.
Sejak kecil, Kristy memang memiliki ukuran payudara yang besar. Ketika umur 9 tahun, ia telah memuluki ukuran cup B, kini ukuran payudaranya 48 NN. (eh)
Kasus Dul: Upload Foto Speedometer ke Medsos? ini Tanggapan Titi DJ !!
Baru-baru ini ramai tersiar kabar, di kalangan ABG/remaja ada kecenderungan untuk mengambil foto speedometer dalam kondisi full speed, atau menunjuk ke angka setinggi-tingginya yang dia mampu, lalu meng-upload-nya dan menyebarkannya ke berbagai social media yang ada.
Caranya, dia kemudikan mobil dengan kecepatan sangat tinggi, lalu ketika speedometer menunjuk ke angka 160 km/jam atau 180 km/jam, bahkan hingga 200 km/jam, difoto, dan fotonya di-upload ke berbagai social media. Tujuannya? Apalagi kalau bukan untuk narsis dan pamer ke teman-temannya. Ada semacam kebanggaan tersendiri bagi mereka, bila dapat memperlihatkan bukti bahwa telah melarikan mobilnya di kecepatan yang sangat tinggi. Wow! Fenomena apa lagi ini? Ada-ada saja. Itu sama sekali tidak keren.
Bahkan gencar di social media tentang hastag #Speedometer. Setiap mengunggah foto speedometer, diiringi dengan hastag #Speedometer. Foto speedometer yang menunjuk ke angka tertinggi yang kerap dijadikan bahan bernarsis ria, bisa saja menjadi pemicu terjadinya kecelakaan maut di jalan. Semua juga tahu, dan sangat menyadari bahwa mengambil foto speedometer dalam kondisi kecepatan sangat tinggi resikonya sangat tinggi. Maut taruhannya. Ngebut di jalan saja sudah beresiko, apalagi ngebut plus foto. Entah apa yang ada di benak para pelaku. Para remaja tersebut pun belum tentu memiliki SIM. Masih di bawah umur. Untuk bawa kendaraan dalam kondisi normal pun masih dilarang.
Kegundahan ini pula yang melatarbelakangi seorang Diva, Titi DJ, untuk mem-posting curahan hatinya, tentang kegundahan hatinya sebagai ibu dari anak-anak belasan tahun. Titi DJ mengatakan, “Baru denger cerita, sekarang lagi trend di kalangan anak-anak belasan tahun (biasanya cowok) nyetir mobil dalam kecepatan sangat tinggi, lalu bilamana jarum penunjuknya sudah di 140 km/hr – 160 km/hr -180 km/hr bahkan ada yang 200 km/hr, difoto lah speedometernya, lalu fotonya diposting di social media, biasanya instagram”.
Masih menurut Titi DJ, pastinya ada banyak kasus kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh hal tersebut. Titi DJ mengkaitkannya dengan peristiwa kecelakaan yang menimpa Dul, anak Ahmad Dhani. Kecelakaan yang menyebabkan tewasnya 6 orang dan 11 orang luka-luka di Tol Jagorawi, penyebabnya disinyalir karena termotivasi dan tersulut oleh hal tersebut. Masih disinyalir, karena memang masih dalam penyelidikan pihak yang berwajib.
Sebagai orang tua dari anak umur belasan tahun juga, rasanya semakin berdebar jantung ini. Perasaan khawatir, was-was, deg-degan, dan takut kecolongan pasti mampir di hati. Namun, mungkin hal yang berbeda dirasakan oleh para ABG/remaja. Mungkin mereka justru merasa gelisah, takut orang tua mereka akan memperketat ijin membawa mobil ke luar, atau bahkan melarang sama sekali. Mungkin para ABG gelisah, takut orang tua mereka semakin membatasi pergaulannya.
Yang bisa dilakukan hanya mewanti-wanti anak, membiarkan mereka melihat contoh yang ada, mencernanya, merenungkannya, dan membimbing mereka untuk mengambil keputusannya sendiri. Hasilnya, cukup lega, “Tenang Ma, itu sama sekali gak keren! Ngapain kayak gitu?”. Fiuuuhhh!! Puji Tuhan.
Saat Adzan Subuh, Penumpang KRL Depok-Tanah Abang Solat di Kereta!!
Kereta Rel Listrik Commuter Line selain banyak menerima kritik juga di saat-saat tertentu memberi keleluasaan bagi penumpangnya untuk beribadah.
Itu misalnya terjadi pada Kamis (18/7) dini hari. Saat adzan Subuh menggema, dua penumpang KRL Commuter Line rute Depok-Tanah Abang menggelar koran dan sajadah kecil. Mereka berdiri menghadap ke Barat untuk menunaikan ibadah shalat Subuh.
Dua penumpang tadi melakukan ibadah shalat Subuh di dalam kereta Commuter Line yang sedang bergerak. Dengan arah menghadap ke pintu yang berada di arah barat, keduanya melaksanakan shalat secara terpisah di depan dua pintu yang berbeda. Sementara itu, penumpang lainnya ada yang tertidur di tengah pagi yang baru direndam gerimis, sebagian lain ada juga yang mengamati aktivitas peribadatan dua penumpang tadi.
Untuk diketahui, jalur kereta Depok-Tanah Abang, hingga stasiun Manggarai, melintang pada arah Selatan-Utara.
Kabar bahwa di dalam KRL suka ada penumpang yang melaksanakan shalat Subuh di saat kereta bergerak mendapat bukti Kamis dini hari itu.
"Sebenarnya bisa saja shalat sambil duduk," ujar salah seorang penumpang yang melaksanakan shalat Subuh, sebut saja namanya Ahmad, ketika disapa Kabar 24. "Namun dengan berdiri dan bisa sambil sujud saya merasakan keberkahannya," lanjut pria ini.
Pria yang mengaku akan turun di stasiun Angke itu menyebutkan ia baru dua kali ini menggunakan KRL Commuter Line di saat dini hari. Biasanya ia melaksanakan shalat Subuh terlebih dahulu di mushala yang ada di stasiun pemberangkatan. "Tapi, kemarin kebetulan ada teman yang memberi tahu ada kereta dari Depok ke Tanah Abang, jadi saya pakai ini," ujarnya menyoal KRL Commuter Line yang berangkat dari stasiun Depok Lama pukul 04.37 menit itu.
Ia menambahkan,sebelum ini dia terbiasa menggunakan KRL Ekonomi dari stasiun Bojonggede. Tapi, seringkali, ketika sedang shalat Subuh di mushala stasiun Bojonggede, KRL tersebut keburu lewat. Akibatnya ia sering tertinggal kereta dan harus menggunakan kereta berikutnya, dan ia bisa telat sampai di tempat kerja.
Sementara, jika memilih mendahulukan naik KRL ekonomi dan shalat Subuh di stasiun tujuan, maka fajar sudah nampak di langit. "Di angke tiba pukul 6.20-an," ujar penumpang ini.
Bagi para pelaju, yang harus tiba di kantor pagi hari, memang kehadiran KRL Commuter Line bisa menjadi pilihan yang menyenangkan, dengan catatan penumpang tak berjubel dan tak ada kelambatan atau gangguan di perjalanan.
Penumpang yang masih sedikit, dibandingkan jam-jam sibuk saat banyak orang berangkat menggunakan KRL, memungkinkan penumpang seperti Ahmad menjalankan ibadah dengan nyaman dan bersegera setelah adzan berkumandang.
Bila Anda Muslim, dan sesekali mengalami kondisi seperti Ahmad di atas, melakukan shalat subuh di atas KRL yang bergerak bisa jadi pilihan. Sensasinya tentu lain, terlebih ketika dilakukan dalam suasana puasa Ramadan seperti saat ini.
Wanita Indonesia Ini Dapat Beasiswa Dari FIFA !!
Indonesia mampu menempatkan wakilnya untuk mengikuti Program FIFA Master-International Master in Management, Law, and Humanities of Sports. Adalah Ratu Tisha Destria yang mampu mendapatkan beasiswa dari FIFA untuk mengikuti program tersebut.
Program FIFA Master sendiri sudah memasuki penyelenggaraan yang ke-14. Rencananya, Tisha akan mengikuti program tersebut selama 10 bulan di tiga negara Eropa yakni Inggris, Italia, dan Swiss. Tujuan dari program ini adalah untuk mempromosikan pendidikan manajemen dalam dunia olahraga.Wanita kelahiran Jakarta, 30 Desember 1985, itu akan bergabung bersama peserta lainnya dari 20 negara mulai 12 September nanti. Tisha sendiri sudah berkecimpung di bidang riset dan proyek football science bersama Labbola dalam tiga tahun terakhir. Dia juga aktif dalam menggelar berbagai event olahraga bersama EO Sports Inspiro.
Tisha mengakui proses untuk mendapatkan beasiswa program tersebut cukup panjang. “Saya pernah mencoba untuk ikut tes pada 2011 tapi gagal. Namun pada 2012 saya mulai mencoba lagi, dan akhirnya 2013 ini saya bisa diterima untuk mengikuti program tersebut,” kata Tisha, dalam jumpa persnya di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (9/9).
“Saya memiliki cita-cita ingin mengintegrasikan pembinaan sepak bola di tiap-tiap daerah secara berjenjang, serta diperkuat dengan data-data yang menggunakan sport science,” tambah wanita lulusan Institut Teknologi Bandung 2008 ini.
Bocah Cilik Perakit Senjata Artilleri Mujahidin Di Syria
Aleppo, Syria, di sebuah pabrik senjata milik Mujahidin. Muncul sesosok anak kecil yang dengan gagahnya menenteng sebuah rudal mortar. Sesekali ia menyeka wajahnya yang kotor belepotan oli mesin dengan bajunya. Tidak nampak raut muka kepayahan dan keluhan di wajahnya, namun sesekali ia menyembulkan senyum kecil di bibirnya.
Nama bocah itu Issa, berumur 10 tahun. Untuk usia sekecil dirinya, lazimnya kebanyakan masih menghabiskan waktu untuk bermain-main dengan anak-anak kecil lainnya. Tapi berbeda dengan Issa, ia lebih memilih mendampingi sang ayah di pabrik tempat ia bekerja. Lalu, apakah aktivitasnya di sana juga masih tak jauh-jauh dari bermain? Oh, tidak. Jangan remehkan Issa kecil..
Issa justru menjadi engineer cilik perakit senjata berat Mujahidin Syria. Hebat bukan? Jelas itu bukanlah pekerjaan yang mudah, mengingat ia setiap harinya harus berurusan dengan berbagai jenis roket, rudal mortar, dan yang lebih besar lagi, senjata-senjata artilleri, dari yang ringan maupun yang berat.
Tapi bagi Issa kecil, hmm tidak masalah. Semua itu bisa ia atasi dan hadapi, biiznillah.
Mungkin banyak yang akan mengatakan ini Brain wash!! Pencucian Otak!! Anak sekecil itu sudah membuat senjata? Ia pasti melakukannya dengan paksaan orang-orang bersenjata yang mempekerjakan anak-anak kecil!!
Apapun yang orang-orang itu katakan, baik celaan atau hinaan tidak akan berpengaruh bagi para pejuang-pejuang dan saudara-saudara kita di Syria. Karna bagi anak seperti Issa yang berumur 10 tahun semua yang ia lakukan ini adalah pilihan hidup, ia dipaksa memilih oleh keadaan dan dipaksa menjadi orang dewasa oleh kehidupan berat yang ia lalui..
Ia harus memilih, antara menghitung waktu sambil melihat keluarga dan kawan-kawannya satu persatu dibunuhi dan hingga akhirnya tiba hari dimana ia juga akan dibunuh atau ikut berjuang bersama Mujahidin membebaskan negerinya dari para pembunuh berdarah dingin itu.
Penasaran bagaimana Issa kecil bekerja merakit senjata-senjata penghancur tentara Syiah Assad? Berikut ini foto-foto Issa ketika sedang beraksi di kantor kerjanya.
-Shoutussalam/reuters
Selasa, 10 September 2013
Cinta Sejati Pasangan yang Saling Melengkapi
Berikut adalah kisah dibeberapa belahan dunia yang dapat menyadarkan, memberi rasa syukur dan memberikan arti sesungguhnya dari kesabaran, ketulusan, keikhlasan dalam sebuah hubungan.
Menurut filsafah kuno yang menganalogikan jari-jemari, dimana kelima jari kita memiliki ruang begitu pula orang lain, tapi ketika orang lain itu menggenggam tangan kita maka seluruh ruang diantara himpitan jari-jemari ini menjadi terisi. Begitu pula dengan sepasang kekasih yang memang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Dimana fisik bukanlah menjadi faktor utama terciptanya sepasangan kekasih/ suami-istri yang sempurna, seperti bebrapa kisah ini:
1. Taylor Morris dan Daniella Kelly
Bahwa ketulusan cinta sejati itu luar biasa. Demikianlah yang ditunjukkan Daniella kepada Taylor kekasihnya. Taylor Morris adalah seorang peneliti yang bekerja di angkatan laut. Saat itu usianya 23 tahun dan harus bertugas. Ia mengalami kecelakaan parah dalam tugasnya tersebut. Kedua kaki dan tangannya terpaksa harus diamputasi karena ledakan yang parah.
Kekasihnya Daniella tak lantas pergi meninggalkannya. Ialah yang menjadi sumber semangat bagi Taylor. Dan saat Taylor memperoleh penghargaan militer, ia lebih ingin menyematkannya pada Daniella, pahlawan baginya. "Semuanya akan terasa sangat berat bila Daniella tak mendukungku dan berada di sisiku sepanjang waktu. Ia pahlawanku."
2. Ahmad dan Fatima
Kedua pasangan muda ini sama-sama diciptakan memiliki 'kelebihan' tersendiri di dalam hidupnya. Dan keduanya percaya bahwa mereka dipertemukan satu sama lain untuk saling melengkapi.
Ahmad yang tak dikaruniai sepasang tangan namun memiliki kaki yang lengkap. Dan, Fatima yang dikaruniai sepasang tangan sempurna, namun tak memiliki kaki sempurna.
"Dan aku akan menjadi kedua tanganmu, sementara kau menjadi kedua kakiku..."
3. liu guojiang dan xu chaoqin
Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya (hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia di dalam goa yang selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.
50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama Xu Chaoqin. Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua. Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing
Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi?hidup mereka. Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan is berulang-kali bertanya,"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab, "Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik". Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.
4. emilie gossiaux dan alan lundgard
Emilie adalah gadis cantik yang ceria. Suatu hari ia sedang bersepeda usai beraktivitas, dan tanpa ia sadari sebuah truk gandeng melaju terlalu pesat dan menabrak dirinya. Tulang-tulangnya hancur, wajahnya remuk, ia juga kehilangan penglihatan serta pendengarannya di usianya yang masih muda, 21 tahun. Team dokter pesimis ia akan kembali pulih, bahkan menurut mereka ia tak akan pernah bangun lagu. Merekapun menyarankan untuk membawa Emilie pulang.
Alan Lundgrand adalah kekasih Emilie, yang menunjukkan kesetian dan cinta sejatinya. Ia menolak keputusan dokter kepada Emilie, dan berusaha untuk memberikan perawatan sendiri pada Emilie. Suatu hari, di pagi buta, tercetus ide di benak Alan untuk berkomunikasi dengan Emilie melalui sentuhan telapak tangan. Ia menulis kata 'Aku mencintaimu' di sana. Ajaibnya, Emilie bisa menerjemahkan pesan itu dan membalas pernyataan Alan dengan ucapan terima kasih. Hal tersebut tidak membuat Alan menyerah, setiap hari ia berusaha mengajak Emilie berbicara hingga akhirnya ia mengingat segala sesuatu. Kini Emilie memang buta, tetapi ia tak pernah berubah menjadi orang lain, ia tetap menjadi dirinya sendiri.
"Dibalik kekurangan terdapat kelebihan, dan dibalik kelebihan terdapat kekurangan, percayalah akan skenario Allah untuk dipertemukan dan dibersatukanya seorang anak adam dan hawa yang akan menjadi sempurna dengan saling melengkapi dibalik ketidak sempurnaanya"
Habis dari Kazakhstan, SBY Bulatkan Tekad Pindahkan Ibukota RI
Rencana Pindah Ibu Kota dari Masa Ke MasaJakarta dan Banjir Adalah Satu Nafas, Kapan Pindah Ibukota? (Sumber Photo : Metronews.Viva.com)
Banjir menjadi berita paling panas saat ini, sebenarnya kalau kita perhatikan setiap lima tahun dalam siklus tahunan Banjir (2002, 2007 dan 2012) maka selalu saja ada lontaran-lontaran penuh semangat agar Ibukota dipindahkan saja keluar Jakarta. Tapi seperti biasanya ide itu kemudian menemukan ruang senyapnya karena manusia Indonesia memang memiliki ciri khas : “Cepat Lupa”. Namun diluar itu sangat menarik bila mempelajari rencana perpindahan ibukota dalam konteks sejarah. Agar kita mengetahui bagaimana orang masa lalu sudah memprediksi sebuah lokasi tepat atau tidak tepat dijadikan Ibukota.
Perpindahan Ibukota dalam sejarah Indonesia sebenarnya sudah tidak asing lagi, bahkan jauh sebelum kemerdekaan RI, di masa kerajaan-kerajaan Jawa ibukota sebuah kerajaan sering pindah, yang paling fenomenal adalah perpindahan beberapa kali ibukota kerajaan Mataram-Islam dari Kotagede ke Kerta, lalu ke Plered kemudian ke Kertosuro. Konsepsi perpindahan ibukota pada masa Kerajaan sebenarnya masih dalam konteks kekuasaan, namun selain konteks kekuasaan perpindahan di masa Sultan Agung Anyokrokusumo pada tahun 1618 atas usulan Pangeran Surodono dan Pangeran Harjodipati (keduanya adalah Pangeran dari Demak) dimana ketua Tim perpindahan itu adalah Raden Mas Wiroguno yang kemudian dikenal sebagai Tumenggung Wiraguna, salah satu Panglima Mataram dibawah Panglima Besar Pangeran Mandurorejo yang menyerang Batavia pada tahun 1628 dan kemudian dimakamkan di Batavia (sekitar wilayah Pejaten sekarang).
Tumenggung Wiraguna adalah seorang ahli tata kota Jawa, dia yang menyarankan juga pada Sultan Agung untuk merebut Batavia karena Batavia akan dijadikan centrum loji bagi armada perdagangan Mataram yang memerlukan ekspor lada dari Lampung dan menguasai pasar Internasional di Bantam atau Banten, saat itu Mataram mendapatkan tawaran perdagangan lada dari India dan Turki dan membutuhkan pelabuhan di wilayah barat, sementara wilayah timur atau Bang Wetan, Sultan memerlukan Surabaya sebagai pengendali loji dagang armada di wilayah timur untuk merebut Makassar. Menurut catatan arkeolog HJ De Graaf, dengan mengutip referensi de Haen, seorang Belanda yang pernah mengunjungi Mataram untuk urusan bisnis pada tahun 1623, mencatat bahwa : “Perpindahan Ibukota Mataram dari Kotagede ke Plered, tidak didasarkan perpindahan yang menyeluruh tapi sebuah pemecahan antara kegiatan perdagangan dengan kegiatan pemerintahan, terbukti di Plered tidak ada lokasi Catur Gatra, Catur Gatra adalah konsepsi tata ruang kota dalam kosmologi Jawa yaitu : Keraton (Pusat Pemerintahan, Hukum, Keteraturan dan Tertib Sipil), Masjid Agung (Ibadah, Pusat produksi moral masyarakat dan Ketertiban dalam Beragama), Alun-Alun (Pertemuan antara ‘Negara’ dengan ‘Rakyat’ atau lambang kekuatan ‘Negara’) dan Pasar (Bisnis Perdagangan). Seluruh tata kota di Jawa berbasis Mataraman, selalu ada Catur Gatra-nya, namun anehnya di Plered tidak ada ‘Pasar’, yang ada hanyalah Keraton, Alun-Alun dan Masjid Agung. Ini membuktikan bahwa memang perpindahan ibukota Mataram-Islam dari Kotagede ke Plered didasarkan pada pertimbangan memisahkan antara kota administratif dengan kota bisnis.
Sultan Agung Anyokrokusumo, Raja Mataram Yang Pernah Memindahkan Ibukota Dari Kotagede ke Plered (Sumber Photo :Sejarah Indonesia)
Sementara pusat bisnis tetap berada di Kotagede. Ada satu lagi, dalam tata kota Mataram dibagi konsepsi ruang berdasarkan ketrampilan masyarakatnya, seperti : wilayah Pande besi kerap disebut Pandean, tempat potong ternak disebut Jagalan (pemotongan), tempat hakim disebut Prajeksan dan banyak lagi tempat-tempat berdasarkan kerja dan ketrampilan –namun di Plered wilayah-wilayah kerja itu tidak ada, ini menunjukkan memang Plered hanya disiapkan sebagai ‘ibukota administratif.
Pada tahun 1620-an Kotagede menjadi kota yang paling ramai di wilayah selatan Jawa. Kedatangan orang-orang Kalang dari Bali dengan bisnis transportasi gerobaknya membuat perdagangan antara pesisir dan selatan Jawa berkembang hebat, pada masa itu orang Kalang juga membuat rancangan bisnis pegadaian yang menjadi motor atas kegiatan bisnis orang-orang Jawa di masa lampau. Sultan ingin memisahkan kota bisnis dengan kota administratif pemerintahan, maka pada tahun 1615 dibangunlah sebuah lokasi diatas tanah 15 hektar seperti sebuah pulau kecil yang dikelilingi parit, dimana lokasi itu dibangun kompleks keraton, alun-alun dan masjid agung.
Di era Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, perpindahan ibukota menjadi wacana paling penting dan kerap dijadikan agenda utama dari Gubernur Jenderal yang satu dengan Gubernur Jenderal yang lainnya. Pada masa perang Diponegoro 1825-1830, pernah ada wacana memindahkan ibukota Batavia ke Semarang secara darurat untuk mempermudah lalu lintas pertukaran pasukan. Namun usul itu tidak jadi dilakukan sebab Pangeran Diponegoro keburu kalah setelah pasukan khusus dari Manado dikirimkan ke Semarang dan menembus pertahanan gerilya pasukan Diponegoro di wilayah Banaran dan Magelang Selatan.
Stirum dan Perdebatan di Parlemen
Gubernur Jenderal JP Limburg Stirum, Gubernur Jenderal Beraliran Liberal dan Amat Monumental Peninggalannya Berupa Modernisasi Kota Bandung (Sumber Photo : Troppenmusium)
Pada tahun 1916 di awal masa jabatannya sebagai Gubernur Jenderal-nya, J.P Graaf Van Limburg Stirum mengemukakan rencana-rencana progresifnya di depan Parlemen, yang kemudian dikenal sebagai ‘Stirum Plan’. Dalam pidato itu Stirum mengemukakan empat hal agar Hindia Belanda maju : “Membuat Ibukota yang sehat dan teratur, Memperluas sekolah kedokteran, Membangun pemerintahan sipil yang efektif dan Membangun birokrasi yang mampu menerjemahkan kebutuhan negara kolonial’. Dalam pidato tersebut Stirum menyebut “Bandung sebagai masa depan kita”.
“Tak Mungkin Membangun Pemerintahan Kolonial yang Tertata Rapi Tanpa Memperhatikan Kesehatan, Tanpa Memperhatikan Higienis, dan Tanpa Membuat Tata Kota yang Teratur, Kemarin waktu Departement Van Oorlog (DVD) –Departemen Urusan Perang- Hindia Belanda memusatkan Bandung sebagai Markas Militer Hindia Belanda, Bandung sebagai Kota dengan Pertahanan terkuat di Asia, tapi kenapa birokrasi kemudian tidak menggabungkan dengan Militer di Bandung?”
(Pidato JP Van Limburg Stirum di Volksraad tahun 1916)
Pada masa perluasan agenda Stirum untuk memindahkan ibukota dari Batavia ke Bandung, Stirum mendasarkan diri pada data-data kesehatan yang dikeluarkan oleh para ahli kesehatan publik Hindia Belanda selain itu Stirum mempelajari rencana tata kota dengan teknik lansekap dan udara kota : antara udara yang baik dan udara yang polutif, Pada bulan November 1916, Stirum mengundang H.F Tillema, seorang ahli kesehatan publik tentang kondisi Batavia, di ruangan kerja Stirum H.F Tillema menjelaskan tentang bagaimana Batavia sudah amat kotornya, “Batavia secara kontur terletak di daerah rendah, biasanya daerah rendah rentan terkena berbagai macam penyakit, yang paling dikenal penyakit di Batavia adalah ‘Malaria’. –Sementara angka kematian bayi-bayi di wilayah pesisir Jawa lebih tinggi dengan angka kematian bayi di wilayah pedalaman yang cenderung sehat”.
Stirum dikenal sebagai orang yang amat terobsesi dengan keteraturan dan kesehatan, oleh Stirum rencana pemindahan kota menjadi rencana politik yang teratur dan sistematis, rencana Stirum ini mendapatkan perlawanan hebat dari berbagai macam Departemen Pemerintah, utamanya bagi mereka yang sudah terbiasa menjual kekuasaan untuk kongkalingkong dengan pengusaha dalam pengerjaan-pengerjaan proyek publik.
Gedung Sate, Monumen Perpindahan Ibukota Hindia Belanda
Tekad Stirum terus menguat, ia memerintahkan beberapa ahli planologi dan tata ruang kota untuk membangun sebuah perencanaan yang sistematis tentang sebuah sistem pemerintahan administratif dalam satu kompleks, namun untuk awalnya ia memindahkan beberapa departemen seperti : departemen telepon, departemen urusan air bersih, departemen Meteorologi, Departemen Vulkanologi lalu disekitar lingkungan Departemen, Stirum membangun pusat-pusat riset seperti Penelitian Geologi, Riset Kesehatan Organis dan berbagai macam lembaga riset yang menunjang Bandung sebagai kota modern. Pada tahun 1922 Stirum membuat cetak biru besar Kompleks Pemerintahan Lengkap, yang kemudian baru bisa terlaksana pada masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk De Graef pada tahun 1929.
Pada tanggal 18 Desember 1929 keluar keputusan Gementee Bandoeng berdasarkan keputusan Raadbesluit tentang ijin pembangunan kota Bandung. Keputusan ini merupakan hasil desakan dari kelompok yang mendukung ide Stirum untuk menjadikan kota Bandung sebagai kota Batavia, kelompok Stirum ini didukung oleh salah seorang tentara veteran Perang Dunia Pertama, yang pernah ikut tempur di medan Verdun Belgia, dia adalah Kolonel (Zeni) V.L Slors. Dalam opininya di salah satu koran Belanda, Slors mengemukakan pendapat
“Sudah waktunya bagi negeri Hindia Belanda untuk memiliki satu susunan tata kota pemerintahan administratif yang teratur dan efektif jauh dari hiruk pikuk kegiatan bisnis dan segala persoalan sosial yang akut. Bandung akan jadi kota yang nyaman untuk kegiatan-kegiatan pemerintahan kolonial paling mapan di dunia ini”.
(Slors, De Telegraaf tahun 1929)
Akhirnya setelah disetujui oleh Volksraad dan mendapatkan mandat penting dari Gubernur Jenderal, Sloors membentuk rencana pemindahan ibukota dari Batavia ke Bandung dengan tim terdiri dari G.Hendrik (bidang Planologi), J. Berger (Arsitektuur) dan RH De Roo (Gambar dan Perencanaan). Hasilnya kemudian terkenal dengan nama “Blawdruk Slors”.
Lahan seluas 27 hektar disiapkan untuk jadi kompleks pemerintahan paling lengkap, di belakang lokasi lahan ada lahan seluas 5000 meter persegi pada sebuah perbukitan yang rencananya dibangun sebagai rumah peristirahatan Gubernur Jenderal, lahan peristirahatan itu dikenal sebagai “Babakan Siliwangi” sementara bangunan yang dibangun pada kompleks utama kini disebut Gedung Sate.
Bung Karno, Mangkok dan Palangkaraya
Namun dari seluruh cerita soal perpindahan ibukota, tidak ada yang sedramatik kisah Bung Karno dan Palangkaraya-nya. Kisah ini berawal dari tahun 1950 ketika salah satu pilot pesawat Bung Karno bernama Tjilik Riwut membuat terpesona Bung Karno karena menunjukkan tentang sebuah wilayah yang indah, sebuah lembah yang dikelilingi hutan pada sebuah penerbangan singkat di atas Kalimantan. Tjilik Riwut sendiri adalah orang yang dekat dengan Bung Karno, kedekatan Tjilik Riwut berawal pada tahun 1946, Bung Karno terpesona dengan keberanian seorang pemuda berusia 28 tahun karena kemampuannya berorganisasi dan keberaniannya dalam bertempur, pada bulan Desember 1946 Tjilik Riwut bisa menghadirkan ratusan tokoh Dayak ke depan Bung Karno dan berkomitmen atas pendirian Republik Indonesia, hadirnya tokoh Dayak itu diterima di Gedong Agung Yogyakarta dan disambut dengan tari serimpi ala Keraton Yogyakarta. Hadir dalam pertemuan itu : Sri Sultan, PM Amir Sjarifuddien, Hatta dan Pangeran Prabuningrat. Di dalam pembahasan itu Bung Karno meminta agar para ketua adat bersatu dalam proses kemerdekaan Republiek. Pada tahun 1947 Bung Karno memerintahkan Tjilik Riwut langsung terjun ke Kalimantan untuk membangun koordinasi dengan para tokoh disana, dan memimpin Kalimantan, maka pada tanggal 17 Oktober 1947, Tjilik Riwut memimpin beberapa penerjun payung terjun ke daratan Kalimantan, operasi ini dinamakan MN 1001. Kelak setiap tanggal 17 Oktober diperingati sebagai “Hari Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU”. Terkesan dengan kehebatan Tjilik Riwut di masa revolusi, Bung Karno sering mengajak Tjilik Riwut bila ia berkeliling dengan pesawat dan berkunjung ke Kalimantan.
Foto Aerial Kota Palangkaraya Dengan Bunderan Palangka Sebagai Centrum-Kota, Terlihat Kota Palangkaraya Memiliki Keteraturan Tata Kota Yang Baik (Sumber Photo : Aerialcityphoto.com)
Saat dipesawat Bung Karno terinspirasi oleh rencana boyongan Ibukota Mataram dari Kotagede ke Plered, Bung Karno tidak mau nanti bila ia terjebak pada ‘Rencana Stirum’ yang saat itu kerap diomongkan oleh para ahli arsitek-arsitek kenamaan Djakarta, bahwa bila Djakarta dipindahkan maka tempat yang paling tepat adalah Bandung, “bila saya memindahkan Ibukota dari Jakarta ke Bandung, apa bedanya saya dengan Belanda” kata Bung Karno di hadapan beberapa menterinya. Bung Karno kemudian tepekur dalam renungannya.
Pembicaraan rencana pemindahan Ibukota pada awalnya adalah menurut istilah Bung Karno ‘Revolusi Lokasi’. Artinya : ‘Segala hal yang berbau kolonial akan dihancurkan untuk digantikan yang baru, sebuah Tata Kota Indonesia yang ‘berkeadilan sosial’. Sebuah Tata Kota yang ramah pada manusia” hal ini diomongken oleh Bung Karno pada saat Bung Karno meresmikan Kota Palangkaraya sebagai sebuah Ibukota Palangkaraya di Kalimantan Tengah tahun 1957 di samping Pasar Pahandut.
Ada cerita yang menarik yang banyak beredar di kalangan masyarakat luas, dan sudah menjadi folklor bahwa pemilihan Palangkaraya sebagai ibukota RI, adalah berkat inspirasi Bung Karno di satu sore ketika ia berdiri di beranda Istana Negara. Saat itu ada beberapa Menteri Bung Karno termasuk Semaun dan Chaerul Saleh, Semaun dengan semangat bercerita soal tata kota Sovjet Uni yang dibangun rapi, sementara Chaerul Saleh membangga-banggakan Jerman Barat. Sukarno tiba-tiba meminta ajudannya Letkol Sugandhi untuk membawakan satu mangkok obat kecil berwarna putih bersih, Bung Karno terpejam lalu menumpakkan mangkok itu diatas peta, akhirnya mangkok menutupi Palangkaraya.
“Inilah Ibukota Indonesia” kata Bung Karno perlahan.
Terlepas dari cerita itu benar atau tidak, tapi niat Bung Karno memindahkan Ibukota merupakan pokok bahasan yang selalu diupdates bila kemarahan masyarakat memuncak setelah banjir dan macet total.
Ide Bung Karno memindahkan kota ini menjadi perbincangan ramai di akhir tahun 1950-an, bahkan banyak orang sudah bersiap akan pindah ke Palangkaraya. Di tahun 1961 ada beberapa kali bahasan serius untuk mempersiapkan perpindahan ibukota ke Palangkaraya yang digerakkan RTA Milono, namun rencana ini menumpuk dan gagal menjadi isu besar ketika Bung Karno dengan basah kuyup kehujanan di Yogyakarta berpidato soal Perebutan Irian Barat pada bulan Desember 1961.
Palangkaraya dibangun sangat rapi, titik nol dimulai pada bunderan besar, lalu akses-akses yang nembus ke bundaran dibentuk dengan lurus-lurus, oleh Bung Karno jalan lurus itu pernah diwacanakan sebagai landasan pesawat tempur, “Djalan itu cocok untuk landasan pesawat tempur” kata Bung Karno di depan Brigjen Sumitro tahun 1964, saat Brigjen Sumitro baru saja kembali dari Long Bawang, garis depan konfrontasi militer dengan Pihak Malaysia.
Palangkaraya dibangun menjadi kota yang amat teratur dan khas Indonesia, bila kita berkunjung ke kota Palangkaraya terutama di wilayah dekat Bunderan Besar Palangka maka yang akan terkenang adalah Kebayoran Baru di tahun-tahun 1970 atau 1980-an, serba rindang dan teratur, Palangkaraya kini memang seperti kota Pegawai. Tata Kotanya tersusun dengan rapi, walaupun udaranya sering panas, namun anginnya adalah angin gunung karena sekeliling palangkaraya adalah hutan lebat.
Jonggol, Sebuah Cerita Lain Tentang Pergeseran Ibukota RI (Sumber Photo : clubdangkers.blogspot.com
Ide perpindahan Ibukota keluar Jawa jelas tidak akan laku di Jaman Pak Harto, tipikal pemerintahan Orde Baru adalah Pemerintahan Sentralistik, Jakarta adalah pusat dari kekuasaan itu sendiri. Namun pada tahun 1984 ada ide memindahkan ibukota yang dinilai sudah tidak layak ke sebuah wilayah administratif mandiri, ide ini menghebat pada tahun 1987, pada tahun itu ‘spekulasi’ tanah menggila, pusatnya adalah di wilayah Kuningan Jakarta Selatan atau dijulukin sebagai ‘wilayah Segitiga Emas’, para spekulan yang merupakan konglomerat-konglomerat besar memborong tanah di seputaran Kuningan, penggorengan harga tanah ini juga menjadi mainan para spekulan untuk mengolah isu Jonggol menjadi Ibukota RI. Entah ini isu darimana namun yang jelas Presiden Suharto belum pernah mengeluarkan keputusan resmi atau melontarkan ke depan publik tentang Jonggol menjadi ibukota RI, namun spekulan kemudian memburu tanah Jonggol dan harga serta merta naik. Sampai tumbangnya Presiden Suharto pada tahun 1998 perpindahan ibukota dari Jakarta ke Jonggol hanyalah wacana kosong.
Dan Ibukota RI tetaplah Jakarta………………
Wanita Albania Yang Hidup Sebagai Pria
Sejarah
Tradisi ini bermula sejak beberapa ratus tahun yang lalu di daerah Balkans, suatu wilayah terletak di Eropa bagian tenggara. Ada sebuah hukum kuno yang bernama Kanun, dimana isinya menggambarkan ketidak-bebasan kaum wanita.
Para wanita tidak boleh mengikuti pemilu, mengendarai mobil, berbisnis, minum minuman beralkohol, merokok, memiliki senjata api atau menggunakan celana panjang. Ini hanya diperbolehkan untuk kaum pria saja.
Anak perempuan yang masih muda biasanya diatur pernikahannya dengan pria dari desa lain, yang umurnya jauh lebih tua. Jika sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki, mereka terancam kehilangan semuanya.
Untuk mendapatkan hak-hak pria, para wanita harus menjadi Sworn Virgins, artinya perawan atas dasar sumpah. Mereka akan memotong pendek rambutnya, menggunakan pakaian pria dan bahkan mengganti namanya. Mereka berlatih agar dapat bertingkah laku seperti pria, yang pada akhirnya menjadi kebiasaan mereka.
Sworn Virgins, yang juga dikenal sebagai burrnesha atau virgjinesha, masih ada sampai sekarang walaupun tinggal sedikit. Tetapi karena kehidupan moderen mulai menyebar di desa-desa yang ada di Albania, tradisi ini hampir punah.
Langganan:
Postingan (Atom)