Sabtu, 10 Agustus 2013

Disiksa ayah Sejak Usia 4 Tahun

Tragis ; Bocah disiksa ayah Sejak Usia 4 Tahun

Tragis Bocah disiksa ayah Sejak Usia 4 Tahun; Ega Priliya tinggal bersama ayah dan dua adiknya di Jalan Masjid, Gg Pesantren, Tanjung Pura, Langkat. Penyiksaan itu sendiri sepertinya akan berakhir setelah Kamis (6/5) warga yang iba melaporkan ayah Ega ke polisi.

Usianya baru 8 tahun. Tapi sejak usia 4 tahun, bocah berwajah cantik ini kerap disiksa ayahnya, Edy Syahputra (42). Matanya ditinju. Tubuhnya dilibas bambu. Nasib serupa juga dialami kedua adiknya.

Ditemui di Polsek Tanjung Pura, sebelum diboyong ke rumah sakit, kondisi fisik Ega sangat babak belur. Kelopak sekeliling matanya, bengkak membiram. Tangan dan anggota tubuh lainnya menderita luka-luka. Semua itu ulah sang ayah yang menyiksanya tanpa ampun.

Diketahui, aksi keji itu terjadi selama kurun waktu 4 tahun. Dan semakin parah sejak 2 tahun terakhir, ibu Ega, Sangkot (40) menjadi TKI ke Malaysia. Kepergian Sangkot meraup ringgit, menyebabkan Ega jadi bulan-bulanan sang ayah. Parahnya lagi, bukan cuma Ega, tapi dua adiknya, Anggi (6) dan M Tezza (2) juga mengalami derita serupa, meski tak separah kakaknya.

Perbuatan ayah sadis itu baru terungkap Rabu (5/5) malam. Saat itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Langkat, menerima laporan via seluler dari salah seorang warga. Warga itu mengaku prihatin atas nasib yang menimpa Ega dan kedua adiknya. Usai menerima laporan tadi, malam itu juga Ketua KPAID Langkat Drs Ernis Sarfin Aldin terjun ke lokasi.

Drs Ernis yang didampingi Sekretaris Reza Fadli Lubis SH dan Pokja Advokasi KPAID, Yudi SH langsung mengungsikan Ega dan kedua adiknya ke Mapolsek Tanjung Pura. Hal itu guna untuk menghindari amukan Edy.

Setiba di Polsek Tj Pura dan melapor sementara, Ega langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Daerah Tanjung Pura untuk mengobati luka dan memar di sekujur tubuhnya. Agar tak terjadi hal yang tak diinginkan, Ega didampingi Kapolsek Tanjung Pura, AKP Marham SH.

Pengakuan Ega, memar di matanya akibat ditinju sang ayah. Luka di lengan akibat dipukul pakai bambu. Meski sebegitu sakitnya, Ega mengaku masih sangat menyayangi ayahnya. Hanya saja, sayang itu ternoda rasa takut.

“Ega sayang ayah. Tapi Ega takut sama ayah karena sering marah dan memukul Ega. Ega nggak mau pulang ke rumah lagi. Ega takut om,” ucapnya lirih sambil menangis tersedu, membuat semua yang mendengar ikut meneteskan air mata.

Anggi adik kedua Ega, juga ikut menceritakan kekejian yang sering mereka alami. Walau bahasa dan gaya bicaranya tidak begitu fasih namun dapat dimengerti, mereka selama ini menderita siksaan yang begitu berat.

“Kepala ayung (maksudnya Ega) diantuk ayah dengan kepala ayah, dan dipukuli,” ucap Anggi sambil menikmati jajanan yang ada di tanganya. Pengakuan kedua bocah ini dibenarkan oleh para tetangga dan keluarga korban, yang turut serta mengantar korban ke rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar